Beranda | Artikel
Benarkah Shalat Kita ?
Minggu, 22 Maret 2015

BENARKAH SHALAT KITA?

Semarak dan suasana riang gembira terlihat dimana-mana, saat kaum Muslimin menyambut bulan Ramadhan. Geliat semangat beribadah begitu terlihat nyata. Shalat misalnya, seakan seluruh kaum Muslimin tidak mau meninggalkan ibadah ini dalam kondisi bagaimanapun dan dimanapun. Masjid-masjid yang selama ini “merana” kesepian, tidak jarang kemudian tidak mampu lagi menampung kaum Muslimin yang hendak melaksanakan shalat berjama’ah. Sungguh sebuah pemandangan yang menyenangkan sekaligus mengharukan. Semoga Allâh Azza wa Jalla menerima amal ibadah yang dilakukan kaum Muslimin !

Ibadah shalat seharusnya menjadi perhatian kaum Muslimin sepanjang waktu, baik di bulan Ramadhan ataupun di bulan-bulan lain. Karena ibadah yang diterima langsung perintah pelaksanaannya di langit ini menjadi tiang agama dan juga pembatas antara keimanan dengan kekufuran juga kemunafikan. Disamping juga, jika shalat ini dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka dia bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar serta bisa menjadi tolok ukur amal lainnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Sesungguhnya shalat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar [al-Ankabut/29:45]

Namun sangat disayangkan, jika kita menelisik lebih dalam dan seksama, ternyata tidak sedikit praktik shalat yang dilakukan kaum Muslimin saat ini yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mulai dari jenis shalatnya, gerakan-gerakannya sampai pada bacaannya, padahal Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas bersabda :

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

Juga dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diceritakan oleh shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

… وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ

… Dan melarangku dari mematuk seperti patukan ayam jantan, duduk iq’â seperti duduk iq’â anjing, dan menoleh sebagaimana musang menoleh.

Juga peringatan keras dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat melihat orang shalat dengan cara yang tidak benar. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى ما هو عليه مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ

Jika orang ini mati dalam keadaannya ini, maka ia benar-benar mati tidak di atas agama Muhammad.”

Hadits jelas mengisyaratkan keharusan mengikuti gerakan-gerakan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan ibadah ini agar menjadi ibadah yang diterima dan bermanfaat di dunia dan akhirat. Namun sangat disayangkan, pemandangan yang kita lihat dalam praktik shalat Terawih misalnya. Dibeberapa tempat, seakan sudah menjadi sebuah keharusan, shalat ini di lakukan dengan super cepat. Ruku’ dan sujud dilakukan dengan begitu cepat sehingga menyerupai ayam yang mematuk makanan. Tidakkah kita takut dengan ancaman Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas ?! Tidakkah kita malu disemati gelar pencuri yang paling buruk ?! Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa memberi hidayah kepada kita semua sehingga bisa memperbaiki diri sebelum ajal datang menjemput.

Ini baru disisi gerakan, lalu bagaimana dengan bacaan ?! Shalat yang dilakukan dengan cepat, pasti menuntut do’a-doanya dibaca dengan cepat. Jika dibaca dengan cepat, maka kecil kemungkinan ada waktu untuk memahaminya, padahal pemahaman seseorang terhadap apa yang dia baca memiliki peran penting dalam menimbulkan kekhusyu’an. Sementara khusyû’ dalam ibadah itu, kedudukannya seperti ruh (jiwa) dalam tubuh manusia. Ibadah yang dilakukan tanpa khusyû’ adalah ibarat tubuh tanpa ruh alias mati. Hendaklah kita berusaha maksimal dan terus berdo’a agar menggapai khusyu’ dalam shalat dan menyingkirkan semua yang berpotensi mengganggu.

Para imam adalah orang yang mendapatkan amanah memimpin shalat agar terlaksana dengan baik dan makmum memiliki kesempatan yang cukup untuk membaca dzikir-dzikir dalam shalat.

Para orang tua berkewajiban memberikan contoh dan membimbing anggota keluarganya agar shalat yang mereka lakukan bukan sekedar rutinitas hampa tanpa makna.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

Ya Allâh, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyû’, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVII/1434H/2013M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/4102-benarkah-shalat-kita.html